Entri data anda di sini yang akan tampil di kolom "Home"
Entri data anda di sini yang akan tampil di kolom "Info"
Entri data anda di sini yang akan tampil di kolom "Galery"
Entri data anda di sini yang akan tampil di kolom "Profile"
Entri data anda di sini yang akan tampil di kolom "Contact Us"

Sabtu, 06 Februari 2010

CERDIK ATAU LICIK


Kejadian 30:25-43

Dunia ini penuh dengan persaingan (kompetisi) baik dalam dunia kerja, pelayanan, pendidikan bahkan juga dalam rumah tangga. Orang tua, pemuda, remaja dan juga anak-anak terlibat dalam persaingan. Dalam persaingan banyak orang kehilangan dasar pijaknya atau pegangan yang benar yaitu Firman Allah. Firman Allah tidak lagi menjadi dasar, pengaontrol dan pemimpin lagi. Akibatnya banyak orang kehilangan spiritualitannya dan kemanusiaannya yaitu terjadi penghinaan terhadap martabat manusia; pembunuhan, penganiayaan dan penghambat bagi pekerjaan orang lain.
Dalama kekristenan hanya diijinkan istilah : “berkarya”. Profesi apapun yang saudara miliki baik itu seorang pemimpin, karyawan, pelayan Tuhan dan kepala keluarga sekalipun, kita dipanggil untuk berkarya bersama orang lain dengan setia sampai karya kita dipakai Tuhan untuk memberkati banyak orang dan memuliakan diri-Nya.
Dalam teks ini mengisahkan persainagn yang luar biasa dalam keluarga yaitu persaingan untuk memperoleh keturunan (Kej, 30:1-24), dan dalam dunia kerja adalah persaingan untuk memperoleh ternak yang banyak, yang lebih sehat, gemuk dan kuat (Kej, 30:25-43).
Khusus dalam Kejadian 30:25-43, melukiskan kecerdikan Yakub dalam bekerja keras untuk memperoleh ternak (Kambing Domba) dari pamannya Laban. Teks ini juga menjelaskan kelicikan Laban (Paman Yakub), dengan menipu dan memperdayakan Yakub.
Suatu babak perjanjian kerja yang baru antara Yakub dan Laban yaitu bekerja untuk memperoleh hewan ternak (ay. 31-34). Ini adalah babak kerja yang kedua Yakub, dari babak pertama yaitu bekerja untuk memperoleh Istri-istrinya. Inilah proses perjanjian yang harus dilalui Bapa Orang Beriman (Yakub) yang telah mengalami perjumpaan dengan Allah di Betel.

Ada tiga (3) kebenaran penting yang diajarkan Yakub dalam perjalanan hidupnya bagi kita sebagai orang beriman zaman sekarang, yaitu:

1. Istilah Cerdik atau Licik


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cerdik diartikan sebagai:
a. Cepat mengerti (tt. Situasi dsb) dan pandaio mencari pemecahannya dsb; panjang akal.
b. Banyak akal (tipu muslihatnya); licik, lcin … buruk, pandai menipu, suka mengakali orang.
Kata “Licik” artinya, banyak akal yang buruk, pandai menipu, culas dan curang.
Ada dua tokoh utama dalam cerita ini yaitu, si Cerdik Yakub dan si Licik Laban. Laban adalah seorang pemimpin sekaligus paman bagi Yakub, seharusnya ia berlaku cerdik, tidak curang dan memperdaya Yakub. Alkitab menujukan bahwa Laban adalah pribadi yang sangat licik (31:2,5 dan 7) = Laban berubah. Berubah dari tidak baik menjadi lebih tidak baik, dari licik dan curang menjadi lebih licik dan lebih curang.
Kelicikan Laban membuat ia kehilangan spiritualitasnya sebagai orang yang beragama (menyembah Terafim) dan kehilangan kemanusiaannya sebagai seorang paman, pemimpin/pengusaha. Laban berlaku curang dengan mengubah semua upah yang seharusnya menjadi milik Yakub menjadi miliknya sendiri.
Sebagai seorang pemimpin, pengusaha dan paman seharusnya, kita memperlakukan para karyawan dan keluarga dengan baik sebagaimana kita ingin juga diperlakukan dengan baik. Inilah kebenarannya. Dalam Injil, Yesus Kristus berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Mat. 7:12). Ini adalah aturan emas dan hukum posetif yang Tuhan Yesus ajarkan.
Sifat dan orang seperti siapakah yang akan anda pilih? Si Cerdik Yakub atau si Licik Laban!

2. Orang yang cerdik setia bekerja keras sampai pekerjaanya itu dipakai Tuhan untuk memberkati (memperkaya) banyak orang (ay. 27-30).


Orang yang berjumpa dengan Allah dan berada dalam perjanjian yang benar dengan Allah akan memperkaya banyak orang. Cara berpikir dan gaya hidup Yakub berubah dalam perjumpaannya dengan Allah di Betel. Peristiwa Betel memotifasi Yakub untuk berkarya lebih keras dan melupakan ancaman dari luar (Esau kaknya).
Istri dan anak-anak Yakub merupakan upah (hasil) dari kerja keras Yakub pada Laban. Dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) berbunyi: “Mereka telah saya peroleh dengan bekerja keras sekali pada Paman.” Istilah “bekerja” kurang lebih empat kali dipakai dalam teks ini yaitu pada ayat 26, 29 dan 30, itu berarti kata dan tindakan bekerja sangan penting dan besar maknanya bagi kehidupan dan karya Yakub. Perjumpaan dengan Allah di Betel membuat Yakub mengenal betul siapa Allahnya dan bagaimana Allah itu adanya. Allah adalah Allah yang bekerja (berkarya) dari mulanya sampai selamanya. Bekerja adalah jatidiriNya Allah. Allah tidak bisa dipisahkan dari yang namanya bekerja.
Perjumpaan dengan Allah, membuat Yakub mengenal dengan benar dan mengenal siapa dirinya dihadapan Allah. Yakub mengenal dirinya sebagai pribadi yang dipanggil untuk bekerja, sebab bekerja adalah bukti kemanusiaan Yakub.
Sejak awal, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk menjadi penganggur, bukan untuk berpangku tangan, melainkan untuk berlelah tangan (bekerja). Manusia yang tidak bekerja mengingkari kemanusiaannya. Manusia harus bekerja. Tanpa bekerja manusia tidak sungguh-sungguh menjadi manusia. Semestinya pekerjaan membuat manusia lebih manusiawi. Bekerja dengan tekun dan setia lebih merupakan respon terhadap panggilan Ilahi.
Semasa hidupnya, Bunda Theresa menasehatkan para pengikutnya untuk tidak mempersoalkan besar kecilnya pekerjaan. Katanya, : “Jangan mencari yang besar-besar, cukup mengerjakan yang kecil-kecil dengan cinta yang besar… makin kecil yang kita hadapi, harus makin besar cinta yang kita berikan. Kualitas menjadi “kata kunci” dan kesetiaan menjadi “patron”.
Dalam ayat 27 dan 30, menjelaskan bahwa kerja keras Yakub dipakai Tuhan untuk memberkati Laban. Tuhan akan bekerja dalam diri orang yang bekerja. Hanya orang yang bekerja keraslah yang mengetahui bahwa Allah bekerja dalam diri mereka. Dan pekerjaan itu akan dipakai Tuhan memberkati banyak orang, memberkati rumah tangga, kantor dan tempat dimana kita berkarya.
Ayat 29,30 => Yakub bekerja keras dan hewan ternak bertambah banyak (berkembang dengan sangat). Alkitab Versi BIS menerjemahkan ayat 30 : “Tetapi sekarang paman sudah kaya.” Orang yang berjumpa dengan Allah seperti Yakub ini akan memperkaya banyak orang. Ketika ia memperkaya banyak orang, ia sendiri tidak kehilangan kekayaannya.
Ayat 31, Yakub memberikan kita pelajaran penting yaitu: Yakub tidak memperoleh kekayaan dengan cara menerima pemberian orang lain (meminta-minta) atau mencuri, melainkan ia bekerja keras… ia tidak gampang menerima sesuatu dari orang lain walaupun itu Paman sendiri, bahkan sekalipun itu juga haknya.
Sebagai Bapa Orang beriman, ia memberikan kita pelajaran penting yaitu: harus bekerja dengan keras dan menjalani kehidupan ini tanpa harus meminta-minta dari orang lain. Yakub mengerti betul dirinya memiliki potensi kreatifitas yang luar biasa yang terus berkembang dan sanggup memuliakan Allah.
Profesi sebagai gembala dalam teks ini mendapat sorotan yang penting, dimana profesi ini ditinggalkan orang, mungkin dianggap hina dan kotor. Tetapi profesi ini yang awal mulanya disorot Alkitab. Yakob seorang Gembala. Sebagai seorang gembala, ia cerdik karena menggunakan dunia pertanian (pohon-pohon) demi kemajuan dunia peternakan. Orang yang cerdik itu kreatif dan berkembang. Waktu empat belas (14) tahun bekerja membuatnya maju dalam pengetahuannya. Iman Kristen yang sejati akan melahirkan kemajuan dalam pengetahuan yang benar dan pengetahuan itu akan melahirkan moralitas yang akuntabel, dan pengetahuan dan moralitas itu akan memperkokoh iman Kristen yang sejati.
Marilah kita bekerja keras, sebagai respon kita terhadap panggilan Allah, sampai kerja keras kita dipakai Tuhan untuk memberkati keluarga, gereja kita, perusahaan kita, sekolah kita, dll, sampai keluar pernyataan : “…telah nyata kepadaku, bahwa Tuhan memberkati aku karena engkau.” (pernyataan Laban. Ayat 27).

3. Dalam semua kecerdikannya, Yakub bekerja dngan jujur (rigtausness) dan akuntabel. (Yakub bekerja dengan integritas yang murni). Ayat 33.

Bapa orang beriman ini memberikan pengajaran penting melalui karya dan hidupnya bahwa kejujuran dan akuntabilitas itu penting sekali sebagai bukti dari integritas orang Kristen.
Dalam bekerja seorang Kisten dituntut untuk hidup jujur dan akuntabel.
Sebagai seorang gembala, hamba Tuhan, pemimpin, politikus, seniman, artis, guru, pelajar, suami dan istri kita dituntut untuk hidup jujur dan akuntabel dihadapan manusia dan Tuhan.
Dalam bekerja Yakub membutuhkan kejujuran dan akuntabilitas, sebagai wujud dari integritasnya yang mulia dihadapan Tuhan, Laban pamannya, istri-istrinya dan anak-anaknya.
Integritas lahir dari Etika dan Moralitas. Secara sederhana, etika adalah standar tentang mana yang benar dan salah, baik dan jahat. Etika adalah apa yang kita pikir baik dan salah, baik dan jahat. Sedangkan Moralitas adalah tindakan aktual tentang hal yang baik dan salah, baik dan jahat. Etika berada pada level teoretika dan Moralitas berada pada level praktika. Integritas adalah integrasi antara etika dan moralitas. Semakin keduanya berintegrasi, semakin tinggi level integritas kita..
Yakub semakin mengkristal dalam kebenaran Tuhan. Pengalaman hidup yang diperdaya oleh pamannya Laban tidak membuat dia kehilangan self-kontrol yakni Firman Allah. Yakub bekerja dengan jujur dan siap diperiksa oleh siapa saja (oleh Laban dan Tuhan).
Orang yang berintgritas seperti Yakub tidak memiliki sesuatu yang perlu disembunyikan atau ditakuti. Hidup mereka transparan bagai surat yang terbuka. Dalam Alkitab Perjanjian Lama ada beberapa tokoh yang mendemonstrasikan prinsip demikian yaitu:
a. Daniel. Saat orang tidak percaya mencari-cari alasan untuk mendakwanya, mereka tidak menemukan kesalahan apapun dalam hidup Daniel. Ia hidup tidak bercacat (Daniel 6:5,6)
b. Samuel. Dalam pidato perpisahannya dihadapan bangsa Israel, Ia berkata bahwa sebagai pemimpin bangsa Israel dari sejak muda sampai tua, Ia akan mengembalikan segala sesuatu yang dianggap telah di ambil atau di nikmati secara tidak adil (1 Samuel 12:1-5). Suatu pernyataan tantangan yang luar biasa dan yang lebih luar biasa lagi adalah tidak ada seorangpun yang merasa di curangi oleh Samuel.
Bersediakah kita untuk diperiksa baik oleh manusia maupun oleh Allah? Adakah kita berintegritas?

Dikhotbahkan di Gereja Allah Di Indonesia Jemaat Serafim
oleh : Ev Jakma Asamau, S.Th., M.A

Sabtu, 02 Januari 2010

HAMBA TUHAN DAN PENYERAHAN DIRI

Mengenal diri akan memperlancar kemajuan rohani dan pelayanan kita. Seorang hamba Tuhan yang kurang megenal diri akan menjadi penghambat bagi rohaninya. Pengenalan diri dapat secara efectif terjadi karena Allah intervensi dislaamnya. Kehadiran Roh kudus (Yoh 16:13). Memampukan kita untuk melihat betapa rusaknya diri kita, tetapi juga akan menuntun kita pada kebenaran Allah (yoh 16:1-2), akibatnya kita kekuarangan kasih, cenderung emosional dan selalu mempermaslahkan orang lain.
Alkitab selalu menegaskan agar kita selalu mengoreksi diri, 1 kor 11: 28 : karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri….., 2 Kor 13:5 : ujilah dirimu; selidikilah dirimu….. ayat-ayat ini merupakan perintah untuk pengoreksian diri. Mengoreksi diri bukan dengan kepintara kita, melainkan dengan kepintaran kita melainkan dengan Firman Tuhan dan interfensi Allah sendiri. Mengapa demikian karena hati manusia sudah dinodai oleh dosa dan pikiran manusia telah dibutakan oleh ilah zaman ini. Karena itu peran firman peran Firman Allah sangat penting untuk menghancurkan hati dan pikiran yang kotor itu.
Mazmur 26:2; 139: 23-24 setuju bahwa hanya Allah yang dapat menyelediki batin dan hati manusia. Sikap kita adalah membuka diri kita apa adanya dihadapan Tuhan, dengan demikian kita dapat dimampukan oleh Tuhan untuk mengenal diri dengan benar. Tujuan dari mengenal diri adalah untuk pertumbuhan kerohanian hamba Tuhan. Tuhan Yesus berkata : “ jika Aku datang, Aku akan menginsyafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (Yoh 16:8). Paulus berkata : “ jika kita sudah menjadi milik Kristus berarti manusia lama kita telah mati di dalib, karena itu kita harus terus menerus menempatkan diri dalam terang Roh Kudus, agar telihat ‘ Wajah Asli “ dan berjuang menghadapinya. Orang seperti Ayub, Yesaya, Paulus, yohanes, Luther, John Bunyam dan gereja Whitefield, memiliki spirit yang sama bahwa ketika berjumpa dengan Kristus mereka dapat mengenal wajah asli mereka dan rela merendahkan diri dan memohon ampun pada Tuhan. Kemajuan rohani kita mempunyai kaitan erat dengan rasa sensitive kita terhadap dosa.
Kata dunia adalah ‘Kosmos” yang khusus di pakai Yohanes sebanyak 106 kali dalam tilisannya ( Injil Yohanes 79 x, surat kiriman 24 x dan Wahyu 3 x ). Dunia merupakan system yang dipakai iblis untuk menguasai manusia. Melalui dosa iblis mencelakakan dan menajiskan manusia. Inilah langkah seseorang berbuat salah dan mengalami kejatuhan. Mengasihi dunia adalah kesalaan yang fatal, karena merupakan kenikmatan semu, dapat berupa berhala yang disembah dan akhirnya kita melanggar hukum Allah.
Pelayanan harus dilakukan dalam Roh ( Yoh 4:24 ), karena itu tidak perlu untuk mengikat diri dengan hal-hal lahiriah. Palayanan dalam Roh akan selalu mendekatkan diri dengan hal yang rohani, kebenaran dan keadilan Tuhan. Sehingga hasil pelayanan dapat memuliakan Tuhan.

Problematika Hamba Tuhan dan Pelayanan

DAPETZA: Renungan Memasuki Tahun Baru 2009 (1): MENGASIHI ALLAH LEBIH DALAM LAGI

DAPETZA: Renungan Memasuki Tahun Baru 2009 (1): MENGASIHI ALLAH LEBIH DALAM LAGI

Sabtu, 26 Desember 2009

PEMIMPIN ALA NEHEMIA

Nehemia 1

Seorang pemimpin seharunya melahirkan pengorbanan, hidup yang agung, konkrit dan berani, sebagaimana tokoh Nehemia yang berani mengorbankan segala sesuatu demi panggilan Allah. Nehemia dalam menjalankan panggilan Allah, ia harus melewati empat proses kepemimpinan yaitu:

1. Menerima Panggilan Allah. Nehemia berprofesi sebagai juru minuman Raja Persia dan pekerjaannya adalah mencicipi minuman raja sebelum disuguhkan. Melalui posisi dan pekerjaan yang sangat penting ini, Allah memanggil Nehemia dan menanamkan tugas dalam hatinya untuk membangun kembali citra diri umat Allah yang merepfeksikan kedaulatan dan kebesaran Allah sendiri. Menjadi pemimpin yang meresponi panggilan Allah harus berani untuk meninggalkan posisi aman atau area-area teraman kita yaitu karier, kedudukan dan lain-lain, dan memfokuskan diri pada tugas dan panggilan Allah. Nehemia merupakan contoh yang terbaik, ia rela meninggalkan semua area teraman yang dimiliki untuk menjalankan tugas besar dari Allah. Oleh karena itu kepemimpinan Kristen adalah kepemimpinan yang dimulai dan hanya dimulai dengan panggilan dari Allah.
2. Menggumuli Panggilan Allah : Nehemia dalam menggumuli panggilan Allah dapat diekspresikannya lewat doa dan tangisan. Hal ini menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan tugas besar ini. Nehemia merupakan pemimpin yang empati artinya ia menempatkan dirinya pada posisi bangsa Israel dan turut merasakan penderitaan mereka. Doa dan air mata selalu menunjukkan level keseriusan komitment pemimpin. Dengan demikian visi Nehemia hari demi hari dapat di pertajam.
3. Mengkonkritkan pangilan Allah: Idealis, namun Realistis. Nehemia bukanlah tipe orang yang hanya berdoa saja, tetapi ia mengaktualisasikan doanya dengan membangun rencana yang strategis. Mengapa demikian? Karena perencanaan memiliki tempat yang penting dalam hidup manusia. Nehemia memiliki strategi yang khusus dalam mewujudkan perencaannya dan pada akhirnya raja mengabulkan semua rencananya itu dengan mengutus dan memberi izin. Oleh karena itu Nehemia menjadi pemimpin besar karena visi yang Tuhan berikan dicapainya dengan membangun perencanaan yang strategis.
4. Menjalani Panggilan Allah. Dalam menjalani panggilan Allah, Nehemia selalu menghadapi berbagai halangan dan tantangan. Memang benar dalam menjalani panggilan Allah itu bukan hal yang mudah dan sepele. Penggilan Allah selalu menuntut pengorbanan dan ada harga yang harus dibayar. Jika Nehemia berhasil dalam kepemimpinannya maka kitapun dipanggil untuk berhasil asalkan kita selalu mengikuti empat proses ini yaitu Menerima Panggilan Allah, Manggumuli Panggilan, Mengkonkritkan panggilan itu serta Menjalani Panggilan itu dengan tekun.



Dikhotbahkan Oleh : Yehezkiel Helly di Gereja Allah Di Indonesia Jemaat SERAFIM

Jumat, 25 Desember 2009


Tiga Tujuan
Pelayanan Pastoral kepada Jemaat



1. Menuntun warga jemaat agar berjumpa dengan Tuhan Yesus secara pribadi.

Pada fase penciptaan, manusia memiliki kehidupan yang harmonis. Kehidupan yang harmonis itu dapat dilihat melalui : relasi dengan Tuhan yang begitu mulia yang berdampak pada relasi dengan sesama manusia, dengan diri sendiri, dengan makhluk hidup dan relasi yang baik dengan lingkungan alam dimana manusia berada.
Semua ini terjadi karena manusia berada dalam pemerintahan Allah (Kerajaan Allah). Namun ketika manusia jatuh dalam dosa (fase kejatuhan) maka semua relasi yang begitu harmonis dan mulia itu menjadi rusak. Manusia memberontak terhadap Allah. Manusia tidak lagi diperintah oleh Allah, melainkan berada dalam pemerintahan dosa. Ketika manusia tidak lagi mempunyai relasi dengan Allah maka yang muncul hanyalah penderitaan, kematian, bencana alam dan berbagai macam krisismultidimensial.
Disilah manusia membutuhkan jalan keluar. Allah meresponi dan memberikan jalan keluar dengan mengadakan pelayanan pastoral yaitu dengan memberikan jalan keluar berupa : ”Perjanjian Induk tentang kedatangan Juruslamat manusia (Kej 3:15).”
Pelayanan pastoral hadir di tengah-tengah situasi dimana manusia telah jatuh dalam dosa dan telah berpaling dari Allah. Dengan demikian pelayanan pastoral mempunyai tujuan yang pertama-tama adalah menuntun manusia untuk kembali kepada Allah. Mengarahkan manusia untuk kembali percaya kepada Allah. Menjalin kembali relasi yang harmonis dengan Allah. Perjumpaan dengan Allah berdampak pada kelahiran baru (Yoh 3:5,7; I Pet 1:23; I Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1,18; Mat 19:28 & Tit 3:5). Dilahirkan kembali berarti dilahirkan dari atas, kembali pada maksud Allah yang semula sebelum manusia jatuh dalam dosa dan kelahiran kembali berarti dilahirkan secara baru (II Kor 5:17). Kelahiran kembali adalah suatu karya kreatif Allah yang misteri dimana Allah menanamkan prinsip kehidupan rohani yang baru dalam diri manusia. Manusia mempunyai cara pandang yang baru yaitu cara pandang Kristus yang terus terkait dengan Firman Allah. Inilah yang membuat manusia mampu mengatasi problem hidup ini.
Sebagai konselor ingatlah bahwa kita ini hanyalah alat yang dipakai Tuhan. Kita tidak mempunyai kuasa untuk merubah orang lain (jemaat/konseli), oleh karena itu marilah kita merendahkan diri, jangan sombong supaya Kristus Yesus dimuliakan dalam pelayanan kita.

2. Menjalin hubungan timbal balik yang akrab dengan sesama dalam kasih Kristus / kasih Allah.

Setelah menuntun konseli/jemaat berjumpa secara pribadi dengan Tuhan maka relasi itu juga harus dibangun dengan arah timbal balik yaitu, terhadap sesama manusia. Dasar pelayanan pastoral adalah kasih (I Yoh 3:11-18; 4:7-21). Kasih adalah milik Allah. Kasih tidak akan pernah menjadi milik manusia. Kasih hanya bisa menjadi anugrah bagi manusia (Gal 5:22 = Kasih adalah buah Roh). Karena itu pelayanan pastoral dilaksanakan berdasarkan tindakan Allah yang begitu mengasihi manusia berdosa dan rela untuk merawat dan mengkonseling manusia berdosa ini. Berdasarkan kasih itulah kita melihat sesama manusia sebagai gambar Allah yang mulia sekaligus untuk bergaul karib dengan mereka.
Kasih adalah milik Allah, karena itu bagikan; bagikanlah kasih itu kepada sesama manusia yang lain. Jangan pernah menjadikan kasih itu sebagai milik pribadi sebab kasih tidak akan pernah menjadi milik kita, karena ia milik Allah. Bagikanlah supaya orang lain juga dapat menikmatinya. Ketika kita membagikan kasih Allah sebagai pelayan-pelayan pastoral maka ingatlah bahwa kita sedang mewakili Allah untuk menyatakan hati Allah kepada manusia. Pelayanan pastoral bertujuan untuk membimbing jemaat berelasi dengan sesama sebagaimana Allah telah melakukannya bagi kita. Relasi dengan sesama baik itu di gereja, tempat kerja dan lingkungan dimana kita berada, bahkan orang yang membenci kita sekalipun.
Pelayanan pastoral menuntun manusia untuk berdamai dengan sesama berdasarkan kasih Allah.

3. Membimbing jemaat supaya bertumbuh dan berbuah dalam Yesus.

Hidup Kristen adalah perjuangan. Orang yang talah dihidupka oleh Tuhan adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Kesehatan ini membuat ia siap untuk berjuang melawan dosa (Ef 6:10-20), terus bertumbuh dalam saat teduh, doa dan pembacaaan Firman Allah. Jika semua ini dilakukan dengan rutin maka akan lahir buah pertobatan, buah Roh Kudus (Gal 5:22-23) dan buah pelayanan (ada banyak aktifitas pelayanan bisa dikerjakan) oleh jemaat yang bertumbuh dan berbuah melalui pelayanan pastoral. Dan diakhir dari semua itu adalah tanggung jawab untuk terus memuliakan Allah (Yes 43:7 ; I Kor 10:31).
Apa itu memuliakan Allah? Apa tandanya orang memmuliakan Allah? Sasarannya hanya ada dua yaitu mengenal Allah dan mengenal diri. Bagaimana cara mengenal Allah? Caranya adalah kembali ke Alkitab (Yoh 2:3) tidak ada kebenaran lain selain Logos, artinya: tidak ada Yesus, tidak ada tuntunan Roh Kudus dan tidak mengetahui Firman Allah. Bagaimana mengenal diri? Mengenal Allah otomatis membuat kita mengenal diri. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah jujur, menyadari diri sebagai ciptaan yang berdosa dan mampu untuk menerima diri.
By: Yez-Q

Selasa, 22 Desember 2009

Telah Lahir Bagi Kita


YESUS lahir di bumi dengan sangat sederhana. Dari tempat yang sederhana telah lahir Raja Damai. Banyak yang tidak mampu memahami kemuliaanNya, karena sibuk dengan urusan duniawinya. Dunia yang rasional telah dipatahkan oleh kelahiran seorang Raja yang jauh dari kemilau perhiasan yang dianggap sebagai suatu kemewahan hidup.

Natal segera tiba mewarnai bulan Desember ini. Rutinitas Natal pun diwujudkan dalam bentuk fisik, jarang sekali berwujud pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Apalagi dalam perkembangan dunia dan peradaban umat manusia yang cenderung menjadi serba kebendaan ini, menyebabkan makna Natal sering menjadi hambar karena sudah didominasi oleh hura-hura, kemewahan, pesta-pesta yang serba wah, jauh dari suasana bersekutu mengucap syukur karena dengan kelahiranNya kita diperbarui.

PESAN NATAL di atas bumi adalah membawa DAMAI SEJAHTERA itulah yang perlu ditekankan. Dalam arti tidak hanya berupa pesan, tetapi harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan kita, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa. Sebab bagi kita, pesan itu tidak hanya mengandung makna menghindarkan diri dari KEDENGKIAN, PERTENTANGAN, PERMUSUHAN, PEPERANGAN dan segala jenis GONTOK-GONTOKAN lainnya, tetapi juga SEJAHTERA MENTAL SPIRITUAL. Dengan demikian Natal tidak menjadi satu rutinitas belaka, tetapi sekaligus menjadikan kita orang-orang yang benar-benar telah diperbarui dengan kehadiran Yesus Kristus.

Rabu, 09 Desember 2009

HIDUP MU BERHARGA

Bagaimana mungkin kursi goyang yang harganya $3,000 bisa laku $453,000. Sebuah mobil bekas yang ditaksir bernilai $18,000 laku dilelang seharga $79,500. Gelas biasa yang ditaksir bernilai $500 ternyata bisa laku seharga $38,000. Sebuah kalung yang bernilai $700 bisa laku $211,500 atau mengalami peningkatan 302.000% dari harga normal! Sudah bayar sedemikian mahal, mereka masih mengucapkan beribu-ribu terima kasih. Gila, bukan? Tetapi semua kegilaan itu bisa dimaklumi karena barang-barang yang dilelang tersebut adalah milik Jacqueline Kennedy Onassis. Yang membuat barang-barang tersebut laku mahal tentu saja bukan karena barang itu sendiri, tetapi karena siapa yang memilikinya.

Bagaimana dengan hidup kita? Sama seperti barang-barang lelangan tersebut, hidup kita sungguh berharga. Yang membuat kita berharga karena Dia yang memiliki kita, kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.

Ada dua kebenaran yang bisa kita petik melalui renungan hari ini. Pertama, jangan pernah sombong sebab yang membuat kita bernilai dan berharga bukan karena diri kita, tapi karena Tuhan. Kedua, ketika kita depresi karena merasa tidak berharga, ingatlah bahwa nilai kita ditentukan oleh Tuhan Yesus. Dia bersedia membayar dengan darah yang mahal hanya untuk menyelamatkan kita. Kita begitu berharga dan bernilai. Jangan pernah memiliki cara pandang yang miskin tentang diri kita sendiri.

Miliki rasa percaya diri, bukan karena diri kita, tetapi karena Tuhan Yesus yang memiliki kita. Hidup kita berharga bukan karena diri kita sendiri tapi karena Dia yang memiliki kita. " Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus ... bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal ... "(1 Petrus 1 : 18 - 19)

Tuhan Yesus Memberkati